SEBI UMY Sosialisasikan P2MW 2025, Tekankan Problem-Solution Fit and Product-Market Fit serta Ketepatan Penyusunan Proposal!

Direktorat Kemahasiswaan dan Karir Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui Startup and Business Incubator (SEBI) menggelar kegiatan “Sosialisasi Internal Perguruan Tinggi Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW)” pada Selasa, 13 Mei 2025 bertempat di Ruang Amphitheather Pascasarjana Gedung Kasman Singodimedjo Lt. 4 Kampus Terpadu UMY.

Acara tersebut disambut dan disosialisasikan secara langsung oleh Kepala Sub-Direktorat Kreativitas, Penalaran dan Kewirausahaan Direktorat Kemahasiswaan dan Karir UMY Muhamad Yusvin Mustar, S.T., M.Eng.

Kegiatan ini dihadiri oleh 70 calon pendaftar program P2MW dari berbagai fakultas dan program studi di UMY. Tujuannya, UMY mendukung mahasiswa yang ingin mengembangkan usaha berbasis inovasi tidak hanya problem-solution fit tetapi juga product-market fit.

Kegiatan ini dibagi menjadi 3 sesi utama yaitu pengenalan program P2MW, Teknis Pengajuan dan Penyusunan Proposal, dan Sesi Keuangan. Sesi pengenalan program disampaikan oleh Muhamad Yusvin Mustar, S.T., M.Eng. Selanjutnya, sesi pemaparan teknis pengajuan dan penyusunan proposal disampaikan oleh Farid Ramadhani Marhaban, S.E. Sedangkan, sesi keuangan disampaikan oleh Aulia Achmad Ma’rufianto, S.E.

Tentang Program P2MW

Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) merupakan program pengembangan usaha bagi mahasiswa yang telah memiliki usaha melalui bantuan dana pengembangan dan pembinaan dengan pendampingan serta pelatihan (coaching) usaha. Proposal usaha yang bisa diajukan mulai dari kategori makanan dan minuman, produksi atau budidaya, industri kreatif seni, budaya, dan pariwisata, jasa dan perdagangan, serta teknologi terapan.

Menurut Yusvin, ada perbedaan persyaratan P2MW tahun 2024 dan 2025 yaitu mahasiswa pendaftar merupakan mahasiswa aktif baik sarjana maupun diploma, tanpa batas semester, yang harusnya masih merupakan mahasiswa aktif di perguruan tinggi tersebut. Berbeda dengan tahun 2024 yang mensyaratkan mahasiswa pendaftar maksimal semester 7.

Lanjutnya, Yusvin menekankan bahwa proposal perlu ada kesesuaian antara masalah yang diangkat dan solusi yang ditawarkan (problem-solution fit), serta kecocokan produk dengan kebutuhan pasar (product-market fit).

Dua elemen ini menjadi indikator utama dalam menilai apakah sebuah ide atau inovasi memiliki potensi untuk berkembang secara berkelanjutan. Proposal yang kuat tidak hanya mampu mengidentifikasi permasalahan secara spesifik, tetapi juga menunjukkan bahwa solusi yang diajukan benar-benar relevan dan dibutuhkan oleh target pengguna. Selain itu, validasi bahwa produk memiliki pasar yang jelas dan permintaan yang nyata akan memperkuat daya tarik proposal di mata investor maupun lembaga pendukung. (ysc)